HukumHAM Yangon - Sekretaris Jenderal PBB Ban
Ki-moon melakukan kunjungan bersejarah ke negara cepat berubah Myanmar pada
Minggu untuk mendorong pemerintahnya melaksanakan perubahan demokratis lebih
lanjut dan membuat kesepakatan perdamaian dengan kelompok suku pemberontak. Lawatan itu adalah perjalanan pertama Ban sejak
pemerintah pembaru berkuasa setahun lalu, mengakhiri lima dasawarsa kekuasaan
langsung tentara dan hubungan beku serta melelahkan dengan masyarakat
antarbangsa. Langkah pemerintah itu
-yang masih dipimpin sisa bekas penguasa, mengejutkan dunia dengan perubahan
ekonomi dan keterlibatan bersejarah dengan Barat, lawan politik dan kelompok
suku kecil pemberontak- dinyatakan Ban menggembirakan, tapi belum cukup. "Kami
melihat Myanmar terbuka kembali ke dunia," katanya sebelumnya di New York,
dengan menambahkan bahwa "awal baru itu masih rapuh". Ban tiba di ibu kota niaga Yangon dan akan melihat
Myanmar, yang mengalami perubahan mengagumkan sejak terakhir dikunjunginya pada
Juli 2009 atas undangan orang kuat Jenderal Besar Than Shwe, yang secara luas
dilihat sebagai tokoh untuk meningkatkan nama baik penguasa tersebut di dalam
negeri. Ban putus asa, dan
menggambarkannya sebagai "tugas sangat sulit" gagal meyakinkan Than
Shwe untuk melepaskan tahanan politik dan ditolak menemui penerima Nobel
Perdamaian Aung San Suu Kyi, yang ditahan, tapi dibebaskan 15 bulan kemudianhttp://www.majalahhukumham.blogspot.com. Sejak Than Shwe menepi pada 30 Maret tahun lalu, empat
bulan setelah pemilihan umum, mantan orang keempatnya Thein Sein menjadi
presiden dan membawa Suu Kyi ke lapangan politik. Pemerintahannya mulai merombak perekonomian
compang-camping, mengurangi sensor media, mensahkan serikat pekerja dan
unjukrasa, membebaskan tahanan politik dan menyetujui gencatan senjata dengan
lebih dari selusin tentara suku pemberontak.
Ban pada Senin dijadwalkan bertemu Thein Sein
dan mantan jenderal bagian dari lingkaran dalam Shwe, tapi terlihat sebagai
pendorong utama di belakang perubahan menakjubkan Myanmar, yang mengakibatkan
pengurangan beberapa hukuman oleh Eropa Bersatu, Amerika Serikat, Australia dan
Kanada pada bulan ini dan pelanjutan bantuan dan utang oleh Jepang.
Ban dijadwalkan terbang ke ibukota terpencil
Naypyitaw pada Minggu petang. Kunjungannya akan mencakup perjalanan ke negara bagian
utara Shan, salah satu daerah penghasil terbesar opium di dunia, tempat
Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai pemberantasan popi, yang disebutnya maju
secara berarti. Ban juga akan
membahas bantuan Perserkatan Bangsa-Bangsa untuk membantu sensus Myanmar pada
2014, yang pertama dalam lebih dari 30 tahun dan dijadwalkan berpidato di
parlemen besar baru Myanmar pada Senin, yang pertama oleh orang asing. Parlemen itu, yang memiliki 25 persen kursi untuk
tentara dan diisi pensiunan jenderal, disebut stempel untuk memberikan Myanmar
wajah demokratis, tapi terbukti lebih berhasil daripada yang diperkirakan.
Partai Liga Bangsa untuk Demokrai Suu Kyi mulai
berkiprah di parlemen pada pekan lalu setelah menang dalam pemilihan umum sela
bersejarah pada 1 April, tapi menolak menduduki kursinya akibat perselisihan
dalam kata pengambilan sumpah. Ban,
yang berkunjung ke Myanmar sesudah Kepala Kebijakan Luar Negeri Eropa Bersatu
Catherine Ashton, menyatakan berharap masalah itu terpecahkan dan akan bertemu
dengan Suu Kyi di Yangon pada Selasa, demikian AFP dan Reuters melaporkan.
(Jmart/ant)
0 komentar:
Posting Komentar