Minggu, 06 Mei 2012

Penghematan BBM Tidak Efektif



HukumHAM Jakarta - Pemerintah akan mengeluarkan beberapa kebijakan penghematan bahan bakar minyak bersubsidi setelah menunda pembatasan BBM bersubsidi sebelum akhir Mei nanti.
Namun, beberapa program penghematan itu dinilai tidak berdampak signifikan dalam menekan konsumsi BBM bersubsidi sehingga kuota BBM bersubsidi dalam APBN Perubahan 2012 diperkirakan tetap jebol.
"Kalaupun pembatasan BBM bersubsidi tidak dibatalkan atau tetap diberlakukan, kuota BBM bersubsidi tetap akan jebol," kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi (Reforminer Institute) Pri Agung Rakhmanto, Minggu (6/5/2012), di Jakarta.
Pembatasan pemakaian BBM bersubsidi berdasarkan kapasitas mesin (cc mobil) dengan skala Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diperkirakan hanya menghemat konsumsi BBM bersubsidi maksimal 2 juta kiloliter. Dengan penundaan pembatasan BBM bersubsidi, kuota akan terlampaui secara lebih besar.
Lima langkah penghematan BBM bersubsidi yang diklaim sebagai pengganti pembatasan BBM bersubsidi hanya akan sedikit mengurangi konsumsi BBM bersubsidi, maksimal sekitar 150.000 kiloliter, baik melalui pelarangan pemakaian BBM bersubsidi bagi kendaraan dinas pemerintah, BUMN dan BUMD, serta kendaraan perkebunan dan pertambangan maupun program konversi BBM ke bahan bakar gas.
Gerakan penghematan listrik dan air di kantor pemerintah sudah sejak tahun 2008 lalu digaungkan, tetapi hingga kini tidak jelas hasil dan evaluasinya serta tidak relevan dengan subsidi energi.
Larangan pembangunan pembangkit baru berbasis BBM juga tidak relevan karena selama ini PLN tidak memakai BBM bersubsidi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, akhir pekan lalu, mengumumkan, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan penghematan BBM bersubsidi sebelum akhir Mei. Kebijakan pengendalian BBM bersubsidi itu antara lain larangan pemakaian premium bersubsidi untuk mobil dinas di Jawa dan Bali, larangan pemakaian solar bersubsidi untuk mobil perkebunan dan pertambangan, mempercepat konversi BBM ke gas, dan gerakan hemat energi.  *** JMart ***

0 komentar:

REDAKSIONAL